Senin, 22 Agustus 2011

TUMBUHAN DAN HEWAN: ALTERNATIF PENGOBATAN WARISAN BUDAYA ISLAM

Elok Kamilah Hayati
(jurnal El Harakah, 2007, Vol 9 No.1)
A. Pendahuluan

”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Yunus [10]: 57).
Allah menciptakan suatu penyakit, dan Allah pula telah memberikan obatnya. Dalam sabda Nabi menyebutkan ” Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan pula obatnya, manusia mengetahui obatnya karena ilmunya dan tidak tahu karena kebodohannya “, sekarang tergantung manusia bagaimana berfikir, bersikap dan bertindak. Akan tetapi kadang ilmu yang dimiliki manusia tidak dapat menjangkau, kecuali apabila kita mendapatkan petunjuk-Nya. Segala sesuatu yang telah diciptakan Allah tidak ada yang sia-sia, semua mengandung makna dan manfaat. Allah menciptakan manusia dan memuliakannya sebagai makhluk yang paling istimewa. Oleh karena itu dengan akal dan pikiran diharapkan manusia dapat hidup seimbang dunia akhirat, sehat jasmani rohani dengan cara memanfaatkan apa yang ada (bahan alam) dan mencari rahasia yang terkandung didalamnya.
Menurut pengertian umum obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia (Katzung , 1990: 5). Dalam perkembagannya terdapat obat kimia (sintetis) dan obat alami yang dewasa ini lebih dikenal sebagai obat alternatif. Kita tahu cikal bakal obat kimia (sintetis) berawal dari obat alami. Dari obat alami dilakukkan isolasi untuk mengetahui senyawa aktif yang terkandung didalamnya, kemudian dilakukan sintesis dengan menggunakan bahan kimia untuk menghasilkan senyawa yang sama dalam jumlah yang lebih besar, sehingga lebih menguntungkan dari segi ekonomi, akan tetapi obat kimia ini kadang menghasilkan dampak yang negatif bagi kesehatan.
Dalam Al Quran pun telah dijelaskan tumbuhan yang sangat bermanfaat
” Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS Al_An’am [6]: 141)
Selain itu firman Allah yang menyebutkan tumbuhan atau hewan sebagai obat,
“ kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS An-Nahl [16]: 69)
Ayat-ayat tersebut, membuktikan sesungguhnya pada zaman para Nabi pun telah dikenal obat-obatan alami dengan penggunaan ukuran yang sesuai. Sekali lagi, hal ini membuktikan bahwa Al-Quran adalah kitab yang didalamnya berisi berita dan informasi yang semuanya terbukti kebenarannya. Al-Quran dijadikan petunjuk bagi manusia, sebagai sumber yang hakiki agar manusia selamat dunia dan akhirat.
Seiring dengan perkembangan zaman, obat-obatan alami ini mengalami kemunduran dan diganti dengan obat-obatan kimia. Akan tetapi seruan untuk back to nature kembali bergaung guna mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh obat-obatan kimia. Menurut Supriadi (2001: 13) pemanfaatan tumbuhan dan hewan sebagai alternatif pengobatan alami dewasa ini berkembang cukup pesat. Sekitar 25 obat-obatan yang diresepkan negara industri maju mengandung bahan senyawa aktif hasil ekstraksi tanaman obat .
Pengobatan tradisional alternatif lebih memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada disekitarnya. Pengetahuan tentang tumbuhan obat, mulai dari pengenalan jenis tumbuhan, bagian yang digunakan, cara pengolahan sampai dengan khasiat pengobatannya merupakan kekayaan pengetahuan lokal dari masing-masing etnis dalam masyarakat setempat.
Umumnya pengetahuan masyarakat tradisional mengenai khasiat obat suatu tumbuhan, didasarkan dari isyarat alam atau prilaku binatang. Sebagai contoh, helai daun berbentuk hati (daun waru) mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit hati, bagian tanaman yang berwarna kuning dapat menyembuhkan penyakit kuning, binatang sakit yang memakan tumbuhan tertentu mempunyai petunjuk bahwa tumbuhan tersebut berkhasiat obat. Hal ini sesuai dengan sejarah pengobatan Islam yang tersirat dalam Al Quran dan Hadis. Allah sendiri telah memerintahkan hambanya dalam kalam-Nya untuk menggunakan beberapa tanaman dan hewan serta memanfaatkannya sebagai bahan makanan, obat dan pakaian.
B. Sejarah Pengobatan Tradisional
Dalam banyak pengertian disebutkan arti ilmu atau science yaitu sebagai pengetahuan yang disusun secara sistematis yang diperoleh dengan cara belajar, pengamatan dan percobaan, penelitian dan cara lain (Nasoetion, 1999: 19). Pengobatan merupakan salah satu ilmu dalam mengobati suatu penyakit dengan menggunakan bahan aktif tertentu.
Teknik pengobatan telah ada sejak zaman dahulu (sebelum masehi/ SM). Mereka umumnya memanfaatkan tanaman atau hewan yang ada disekitar mereka. Orang-orang zaman pra sejarah mengenal manfaat maupun efek toksik dari berbagai macam bahan yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Catatan tertulis kuno dari Cina dan Mesir menyebutkan berbagai jenis obat yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat. Bahan kuno pertama yang ditemukan ialah ”Chiang Shang” di Cina yang kemudian dikenal sebagai obat anti malaria (Wolft, 1994: 2).
Perkembangan dunia pengobatan berkembang pesat, terdapat beberapa tokoh yang berperan dalam pengobatan kuno ini. Awalnya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan, hewan yang didasarkan dari pengalaman. Selanjutnya, seorang ahli kimia dari Swedia Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat diperlukan pengetahuan kandungan zat aktifnya. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal sebagai ”bapak kedokteran”, dalam pengobatannya telah menggunakan 200 jenis tumbuhan (Wolft, 1994: 3). Dokter dari Rumania, Dewey Sokoriyus yang berasal dari Yunani muncul pada abad pertama Masehi dan menghasilkan karya buku ” Kitab al-Hasyaaisy fi al-Thib”, sebuah kitab yang berisi data 1000 jenis rumput, jerami, buah, pohon, tembaga serta manfaat, kandungan dan tempat bahan tersebut berada (Muhammad, 2007: 67). Selanjutnya Islam masuk dengan motivasi yang kuat dalam ilmu pengetahuan khususnya dunia pengobatan. Al-Dinury yang dikenal sebagai ”bapak nabati” bangsa Arab menghasilkan karangan tentang tumbuh-tumbuhan (nabati) (Muhammad, 2007: 67). Sedangkan Ilmuan Arab Ibnu Sina (980-1037 M) seorang tabib sekaligus filosof dikenal sebagai ”bapak kedokteran Islam”, berhasil melahirkan karya ”Al-Qamus Fi al-Thibb” tentang metode pengumpulan, penyimpanan dan khasiat tumbuhan obat.
Lahirnya tokoh-tokoh di bidang kedokteran khususnya dari Islam membuktikan bahwa sejak masa kuno, manusia dengan kelebihan akal dan fikirannya, mampu mengkaji objek alam yang ada disekitarnya serta mampu menemukan rahasia keajaiban ciptaan Allah dengan peralatan yang relatif sederhana.
C. Obat Alami Dan Obat Kimia

Obat merupakan produk organik atau anorganik dari tumbuhan, hewan baik yang dikeringkan atau segar yang bersifat aktif dalam menyembuhkan penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek toksik bila dosis terlalu tinggi (Sukandar, 2000: 2). Berdasarkan sumbernya, obat digolongkan menjadi tiga yaitu (Soekarjo dan Siswandono , 2000):
1. Obat alami, obat yang terdapat di alam baik dari tumbuhan atau hewan, yaitu gingerol, kurkumin dari tumbuhan; minyak ikan, hormon dari hewan
2. Obat semi sintetik, obat hasil sintetik yang bahan dasarnya berasal dari alam, contoh morfin dari getah papaver somniferum menjadi kodein
3. Obat sintetik murni, obat yang bahan dasarnya tidak berkhasiat, setelah disintesis akan didapatkan senyawa dengan khasiat farmakologi tertentu, contoh: obat-obatan golongan analgetik-antipiretik, antihistamin dan diuretik.
Obat bahan alami adalah sediaan obat baik berupa obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetik, dapat berupa simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni yang berasal dari alam.
Pengobatan alami telah ada sejak peradaban awal penciptaan manusia. Orang kuno menggunakan bahan yang ada di alam untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya, hal ini dilakukkan secara turun menurun, pengobatan alami dapat terpelihara sampai sekarang karena teruji melalui percobaan dan eksperimen selama berinteraksi dengan alam disepanjang zaman. Selain itu tersedia di alam dalam jumlah besar, sehingga dapat digunakan sebagai penyembuh dan merupakan rahmat Allah kepada hamba-Nya yang berfikir.
Awal abad 19 pemanfaatan obat alami mengalami pergeseran ke obat kimia (sintetis), hal ini disebabkan pengetahuan dan peralatan dalam bidang farmasi dan kedokteran mengalami kemajuan yang cukup pesat, bahan alami yang secara empirik telah digunakan mulai dikembangkan lebih lanjut dengan cara isolasi bioaktif, identifikasi struktur dan diusahakan dibuat secara sintetik, dengan melakukkan modifikasi struktur zat aktif untuk disintetis menghasilkan struktur baru yang lebih aktif. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, dilakukkan pembuatan obat sintesis secara besar-besaran. Menurut Soekarjo dan Siswandono (2000) Diperkirakan lebih dari 15 juta senyawa kimia yang telah diidentifikasi dan sekitar 4000 senyawa digunakan sebagai obat sintesis.
Pada abad 20 ini penggunaan obat alam meningkat pesat, seruan negara-negara maju dalam menggunakan obat bahan alam sebagai pengganti obat sintesis, merupakan bukti bahwa obat-obatan alam lebih aman terhadap tubuh masusia. Kembalinya manusia ke alam dan mengganti penggunaan obat-obat kimia, sebagai bentuk harapan manusia agar dapat kembali bersama dengan alam.
WHO sebagai badan kesehatan dunia pun ikut merekomendasikan penggunaan obat tradisional/alam dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit. Hal ini menunjukkan dukungan WHO untuk back to nature lebih menguntungkan. Untuk meningkatkan keselektifan pengobatan dan mengurangi pengaruh musim dan tempat asal terhadap efek, serta lebih memudahkan standarisasi bahan alam sebagai obat, maka zat aktif diekstraksi kemudian dibuat sediaan fitofarmaka bahkan dimurnikan sampai diperoleh zat murni dan struktur aktifnya (Sukandar, 2000: 7).
D. Kelebihan-Kelemahan Obat Alami Dan Obat Kimia

Obat alami yang merupakan cikal bakal obat kimia, dapat bertahan diantara berkembang pesatnya obat-obat kimia. Obat-obatan alami sebagai warisan budaya nenek moyang mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
• efek samping yang kecil bila digunakan secara benar dan tepat. Pada obat bahan alam terdapat satu mekanisme yang disebut sebagai penangkal atau menetralkan efek samping yang dikenal dengan SEES (Side Effect Eleminating Subtanted). Sebagai contoh di dalam kunyit terdapat senyawa yang merugikan tubuh tetapi di dalam kunyit juga terdapat zat anti untuk menekan dampak negatif tersebut.
• Adanya sifat sinergisme dan atau komplementer dalam ramuan obat tradisional/komponen bioaktif tanaman obat. Hal ini disebabkan bahan-bahan alami dapat bekerja efektif, sehingga lebih mudah dan sempurna diserap oleh tubuh.
• Pada satu tanaman mempunyai lebih dari satu efek farmakologi, oleh karena itu obat-obatan alami dapat mengatasi beberapa penyebab penyakit, mampu membunuh dan mencegah penyebaran penyakit dalam tubuh. Sedangkan obat-obatan kimia dalam kondisi dan kasus tertentu menimbulkan efek samping yang mengakibatkan datangnya penyakit lain yang sebelumnya tidak ada.
• Obat alami lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.
Selain tersebut diatas, obat-obatan alami sebagai obat alternatif jauh lebih mudah terjangkau dibandingkan dengan obat kimia yamg membutuhkan peralatan yang mahal dan rumit, selain itu biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Beberapa keterbataasan dari obat alam adalah masih kurangnya penelitian ilmiah yang dapat menunjang pemahaman tentang cara kerja obat bahan alam ini dalam tubuh. Penelitian yang ada dari beberapa tanaman obat terbatas pada beberapa bagian topik kajian. Pengetahuan tentang senyawa aktif yang terkandung dalam obat-obatan bahan alam serta penggunaan dosis yang sesuai dan tepat untuk penyakit tertentu perlu dibahas dan diteliti secara tuntas.
Dengan semakin berkembangnya penelitian oleh instansi-instansi terkait terhadap bahan alam yang berpotensi sebagai obat, akan menambah khasanah pengobatan alternatif, sehingga akan membantu masyarakat dalam memanfaatkan bahan alam sebagai obat. Bahan alami ini bukan menjadi alternatif pengobatan yang semu, akan tetapi dapat benar-benar menjadi alternatif pengobatan yang murah dan ilmiah.
E. Budaya Pengobatan Islami
Sejak Allah menciptakan Nabi Adam, manusia berupaya mengetahui jenis tumbuhan, dan hewan baik dari darat ataupun lautan serta bagaimana cara pengobatan sebagai upaya memerangi penyakit yang menimpa manusia. Kesembuhan penyakit yang diderita manusia tergantung dari doa dan proses penyembuhanya. Rasulullah bersabda, ” Sebaik-baiknya obat adalah Al Quran”, karenanya tergantung manusia bagaimana mendekatkan diri kepada Allah melalui Al Quran disertai dengan usaha dalam memperoleh obat tersebut.
Sedangkan proses penyembuhan berhubungan dengan bagaimana manusia memperoleh bahan obat tersebut, apakah obat yang dikonsumsi berasal dari sesuatu yang diharamkan oleh agama atau tidak. Antara doa dan ikhtiar hendaknya beriringan, obat-obat hendaknya bersumber dari Al Quran, apabila obat bersifat haram maka akan menjadikan penghalang doa dan ibadah sebagai ikhtiar dalam proses penyembuhan suatu penyakit.
Banyak sekali tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mempunyai potensi sebagai obat antara lain kurma, anggur, madu, delima, buah zaitun, buah tin, susu, jahe, jinten, bawang putih, rosela, ubi-ubian dan banyak lagi.
Pada zaman dahulu, manusia mengkonsumsi obat bahan alam dengan cara mencampur dengan air hangat atau sering disebut dengan seduhan, dimana istilah ilmiah dari cara tersebut dikenal sebagai proses ekstraksi maserasi. Ektraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling campur dengan melakukkan perendaman. Sedangkan menurut Skoog and Holler (1998), ekstraksi adalah proses pemisahan selektif suatu senyawa dari bentuk cair (air) ke larutan yang tidak saling campur dengan air (pelarut organik) atau dari bentuk padat ke bentuk cair. Dengan penyeduhan tersebut, maka komponen aktif yang terkandung didalamnya akan larut dalam pelarutnya dalam hal ini adalah air, sedangkan pemanasan berfungsi mempercepat larutnya komponen aktif dalam pelarutnya. Karenanya, penerapan teknologi telah digunakan pada zaman tersebut.
Selain meminum larutan hasil penyeduhan, uap air yang dihasilkan dari proses seduhan, dapat digunakan untuk mengobati penyakit pernafasan dengan cara dihirup. Biasanya tanaman-tanaman yang digunakan mengandung minyak atsiri yang mempunyai sifat mudah menguap/volatil. Pada konsentrasi tinggi kandungan minyak atsiri ini dapat digunakan sebagai obat anestetik lokal (penghilang rasa nyeri) misalnya untuk obat gigi atau penghilang rasa nyeri ketika mengeluarkan timah dari dalam tubuh (Agusta, 2000:17) Untuk menyembuhkan luka, orang-orang zaman dahulu melakukkan penumbukan tumbuhan, kemudian bahan tumbukan tersebut dioleskan kebagian yang luka. Senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuhan akan menghambat proses pendarahan, mempercepat pembekuan darah sehingga luka cepat mengering.
Seruan pemanfaatan tumbuhan dan hewan pun telah tertuliskan dalam Al Quran. Beberapa tanaman dan hewan yang terdapat dalam Al Quran dan Al Hadis antara lain madu, buah zaitun dan jahe.
Madu merupakan cairan berwarna kuning yang dihasilkan oleh lebah, madu adalah sumber makanan yang penting bagi tubuh manusia, tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa dari penghasilnya, yaitu lebah madu.
”…. Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS An-Nahl [16]: 69)
Madu terbentuk dari beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta bahan mineral seperti magnesium, kalium, potassium sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandungi vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang kandungannya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dihirup oleh lebah. Kelebihan madu antara lain, mudah dicerna, rendah kalori, berdifusi cepat dalam darah, membantu pembentukan darah, membunuh bakteri, meningkatkan stamina (Harun Yahyah, 2004). Masyarakat memanfaatkan madu sebagai campuran untuk minuman atau makanan, bahkan ada yang dikonsumsi secara langsung.
Zaitun termasuk jenis Oleaeuropaea dari keluarga Oleaceae. Sejak ribuan tahun silam masyarakat di sekitar Laut Tengah dan Timur Tengah telah merasakan manfaatnya. Dalam bentuk buah, zaitun muda yang berwarna hijau kekuningan lebih banyak digunakan sebagai penambah rasa. Sementara zaitun yang matang dengan warna hitam diperas untuk diambil minyaknya (http://www.republika.co.id). 2007). Diakses 14 Maret 2007.
Adapun surat dalam Al Quran yang menyebutkan sebagai berikut:
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman” (QS An’aam [6]:99)

Selain itu dalam riwayat Umar bin Khathab Rasulullah bersabda,
” Konsumsilah minyak (minyak zaitun) dan jadikanlah pelumas (bahan gosok), karena minyak itu dari pohon yang penuh berkah”
Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa tak tersabunkan seperti fenol, Hidroksitirosol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga mengandung triasilgliserol yang sebagian besar di antaranya berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat (Dadan Rohdiana, 2004). Senyawa fenol dan hidroksitirosol berpotensi sebagai antioksidan. Selain itu, masyarakat banyak memanfaatkan buah zaitun dalam bentuk minyak, baik sebagai bumbu dapur atau dioleskan untuk kosmetik.
Jahe atau Zingiber officinale Roscoe, rimpang ajaib adalah tanaman yang banyak tumbuh di dataran Asia Tenggara dan sekitarnya. Sejak dahulu masyarakat beberapa negara telah menggunakannya sebagai bahan makanan dan pengobatan. Jahe diseduh dengan air hangat sebagai minuman, atau bahan tambahan dalam memasak. Menurut Hiseodt et al. (1998), jahe berkembang di daerah tropis dan sering digunakan sebagai rempah-rempah karena mempunyai bau khas yang tajam dan rasa pedas. Rimpang ini disebutkan dalam Al Quran sebagai Zanjabill,
”Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe”(QS Al Insan [76]:17)
Rasa hangat dan pedas pada jahe dapat digunakan untuk meningkatkan stamina, antibakteri, analgesik yang disebabkan senyawa aktif yang terkandung dalam jahe. Zat-zat yang terdapat pada atau jahe (Zingeber officinale) terutama rimpangnya, antara lain mengandung minyak atsiri, damar, mineral, sineol, fellandren, kamfer, borneo, zingiberin, zingiberol, gingerol, zingeron, lipidas, asam aminos, vitamin A dan protein.
Selain tumbuhan dan hewan yang tersebut diatas masih banyak bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan untuk obat-obatan alami alternatif. Dengan ikut menggunakan dan melestarikan penggunaan obat bahan alam berarti ikut serta melestarikan budaya leluhur dan nenek moyang kita.
F. Kesimpulan
Al Quran telah menyeruhkan penggunaan tumbuhan dan hewan sebagai bahan makanan, obat dan pakaian. Obat alami yang berasal dari alam mempunyai efek samping yang relatif lebih kecil dari pada obat kimia (sintetis), bahan-bahan obat yang berasal dari alam lebih murah dan lebih mudah diterima oleh tubuh. Penggunaan obat alami sebagai alternatif pengobatan berarti ikut serta melestarikan budaya leluhur dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al Quran.
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, sebagai institusi pendidikan dan penelitian hendaknya mengembangkan penelitian-penelitian dengan menggunakan objek bahan alam untuk dikaji lebih lanjut dari segi kimia, biologi dan agama, sehingga dapat benar-benar menjadi institusi yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat obat bahan alam, sebagai wujud implementasi warisan budaya Islami yang ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung. ITB Press. Hal 7
Anonim. 2007. Dibalik Legenda Zaitun (http://www.republika.co.id). [serial on line] tanggal akses 14 Maret 2007
Dadan Rohdiana. 2004. Istimewanya Minyak Zaitun. www.kompas.com [serial on line] tanggal akses 14 Maret 2007
Harun yahya. 2004. Menyingkap Rahasia Alam Semesta. [Serial on line] tanggal akses 17 Desember 2006
Hiseodt RD, Franzblau SG, Rosen RT. 1998. Isolation of 6-, 8-, and 10- Gingerol from Ginger Rhizome by HPLC and Preliminary Evaluation of Inhibition of Mycobacterium avium and Mycobacterium tuberculosis. J Agric. Food Chem. 46: 2054-2508
Katzung G. Farmakologi Dasar Dan Klinis. Surabaya. Unair Press.hal 5
Muhammad MM. 2007. Mukzizat Kedokteran Nabi. Jakarta. Qultum Media.
Meloan EC. 1999. Chemical Separation Principles, Techniques and Experiments. New York. Jhon Wiley & Sons, Inc.
Nasoetion AN. 1999. Pengantar Ke Filsafat Sains. Jakarta. Pustaka Litera Nusantara.
Skoog DH, Holler FJ, Nieman TA. 1998. Principles of Instrumental Analysis. Edition 5. Philaelphiad: Harcourt Brace & Company. Hal. 93
Soekarjo dan Siswandono, 2007. Kimia Medisinal 2. Surabaya. Unair Press
Sukandar EY. Tren Dan Paradigma Dunia Farmasi. Bandung. FMIPA. ITB.
Supriadi et al. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia: Penggunaan dan Khasiatnya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia: hal xi-xxvii
Wolft ME. 1994. Asaa-Asa kimia Medisinal. Yogyakarta. UGM Press. Hal 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar