Senin, 29 Agustus 2011

Awas, Botol Susu Mengandung BPA


KOMPAS.com - Meski pada tahun 2008 sudah dinyatakan aman, tetapi otoritas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan kekhawatirannya akan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh bisphenol-A (BPA) berbahan polikarbonat yang banyak dipakai dalam kemasan plastik, termasuk botol susu.

Dalam pernyataannya FDA mengatakan BPA berpotensi membahayakan otak, menyebabkan gangguan perilaku, serta menimbulkan efek serius pada kelenjar prostat janin, bayi dan anak-anak. Untuk itu FDA akan bekerjasama dengan lembaga riset pemerintah untuk mengetahui dampak senyawa kimia ini pada hewan dan manusia.

Kekhawatiran akan BPA ini berdasarkan pada hasil beberapa studi yang menyatakan BPA membahayakan kesehatan manusia, termasuk pada janin. Meski demikian, pejabat kesehatan di AS menyatakan belum ada bukti BPA berbahaya bagi manusia.

Walaupun FDA tidak mengeluarkan larangan peredaran produk plastik BPA namun lembaga tersebut mengimbau masyarakat untuk membatasi paparan BPA, misalnya memilih produk plastik yang tidak mengandung BPA, tidak menaruh cairan panas dalam botol BPA dan memastikan produk plastik yang akan dimasukkan ke microwave aman.

FDA juga menyarankan agar para ibu memberikan ASI kepada bayinya minimal 12 bulan untuk mengurangi paparan BPA.

BPA telah digunakan sejak tahun 1960-an untuk mengeraskan plastik, botol kemasan isi ulang, produk kaleng susu dan soda, dan sebagainya. Produk plastik yang mengandung BPA biasanya bertanda 7 di tengah serta bertuliskan "other". Senyawa kimia BPA dinilai berbahaya karena dapat larut ke dalam makanan.

Penelitian terhadap 2.000 responden menemukan 90 persen responden memiliki kadar urin yang mengandung BPA. Kandungan BPA juga ditemukan pada ASI, darah wanita hamil dan plasenta janin.

Beberapa negara di Eropa sejak beberapa tahun lalu telah melarang peredaran produk makanan bayi yang mengandung BPA. Meski pihak the American Chemical Council bersikeras BPA aman. Menyikapi hal ini, tak ada salahnya bila Anda menghindari produk plastik dengan BPA, terutama perlengkapan makanan bayi dan anak.


Sumber: New York Times

Tidak ada komentar:

Posting Komentar