Kemajuan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan teknologi telah membawa kemajuan yang sangat pesat dibidang kedokteran. Sarana peralatan yang supercanggih baik sebagai pendukung diagnostik maupun terapi kini sudah tersedia. Echocardiografi, USG 3 dimensi, angio-ultrasonografi, computed tomography (CT-scan), CT angiografi, magnetic resonance imaging (MRI) dan positron emission tomography (PET) merupakan metode pemeriksaan terkini yang sangat canggih. Demikian pula halnya dengan penemuan obat-obatan terbaru, transplantasi jantung, bedah by-pass pembuluh darah, alat pacu jantung, perawatan intensive coronary care unit (ICCU) merupakan salah satu cara mengurangi penderitaan pasien.
Ilmu dan teknologi telah membawa kemajuan yang sangat pesat dibidang kedokteran. Sarana peralatan yang supercanggih baik sebagai pendukung diagnostik maupun terapi kini sudah tersedia. Echocardiografi, USG 3 dimensi, angio-ultrasonografi, computed tomography (CT-scan), CT angiografi, magnetic resonance imaging (MRI) dan positron emission tomography (PET) merupakan metode pemeriksaan terkini yang sangat canggih. Demikian pula halnya dengan penemuan obat-obatan terbaru, transplantasi jantung, bedah by-pass pembuluh darah, alat pacu jantung, perawatan intensive coronary care unit (ICCU) merupakan salah satu cara mengurangi penderitaan pasien.
Namun, ada satu hal yang perlu kita renungkan kembali.
Dapatkah semua kemajuan di atas, mengembalikan fungsi dan anatomi organ yang telah terganggu seperti sediakala..?
Dapatkah penderita stroke yang telah lumpuh kronis kembali berjalan kembali...?
Dapatkah pasien yang mengalami kebutaan mata akibat komplikasi retinopati diabetika kembali dapat melihat...?
Dapatkah pasien yang telah divonis menderita kanker paru disembuhkan..?
Jawabannya, tidak! Kemajuan teknologi kedokteran saat ini masih belum mampu mengatasi penyakit akibat gaya hidup modern.
Allen F, seorang pakar medis dari Amerika mengatakan: “Unit pelayanan penyakit jantung misalnya, hanya dapat menolong sekitar 5% dari jumlah korban. Dan seandainya kematian karena kanker dapat dibatasi hanya akan menambah dua tahun umur harapan hidup rata rata orang Amerika”.
Penyakit kronik memerlukan perawatan berulang-ulang karena penyakit dasarnya masih menetap. Hampir 46% pasien di AS adalah penderita penyakit kronik dan mereka menghabiskan 76% dari total biaya perawatan medis.
Paradigma Sehat
Berdasarkan pengalaman sejarah kelabu perjuangan manusia melawan penyakit, para ahli kesehatan menyimpulkan, upaya kuratif (pengobatan) ternyata tidak lebih baik dibandingkan upaya promotif-preventif. Sejak tiga dekade terakhir ini khususnya setelah deklarasi Alma Ata (1976), pertemuan Mexico (1990) dan Saltama (1991), perhatian para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari orientasi sakit ke orientasi sehat, dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Contoh riilnya seseorang yang sudah mengalami kelumpuhan akibat terkena stroke tidak akan sanggup mengembalikan fungsi motorik dan produktivitas pasien tersebut secanggih apa pun fasilitas yang ada di rumah sakit. Biaya yang harus dikeluarkan pasien untuk mencegah kekambuhan atau serangan ulang sangat besar seperti: pemeriksaan rutin, pembelian obat secara rutin dalam jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup, biaya rawat inap kalau sedang kambuh penyakitnya. Hal ini membuktikan bahwa upaya preventif jauh lebih murah dibandingkan dengan upaya kuratif.
Pemeliharaan tubuh agar tetap sehat dan bugar dilakukan melalui berbagai cara seperti:
- olah raga teratur;
- tidak merokok dan minum alkohol;
- menerapkan pola makan sehat melalui diet tinggi serat dan rendah lemak (lemak jenuh);
- lebih memilih fresh food daripada makanan yang diawetkan;
- selalu menjaga berat badan ideal;
- menghindari narkoba dan pergaulan seks bebas.
Berdasarkan pengalaman sejarah kelabu perjuangan manusia melawan penyakit, para ahli kesehatan menyimpulkan, upaya kuratif (pengobatan) ternyata tidak lebih baik dibandingkan upaya promotif-preventif. Sejak tiga dekade terakhir ini khususnya setelah deklarasi Alma Ata (1976), pertemuan Mexico (1990) dan Saltama (1991), perhatian para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari orientasi sakit ke orientasi sehat, dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Contoh riilnya seseorang yang sudah mengalami kelumpuhan akibat terkena stroke tidak akan sanggup mengembalikan fungsi motorik dan produktivitas pasien tersebut secanggih apa pun fasilitas yang ada di rumah sakit. Biaya yang harus dikeluarkan pasien untuk mencegah kekambuhan atau serangan ulang sangat besar seperti: pemeriksaan rutin, pembelian obat secara rutin dalam jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup, biaya rawat inap kalau sedang kambuh penyakitnya. Hal ini membuktikan bahwa upaya preventif jauh lebih murah dibandingkan dengan upaya kuratif.
Pemeliharaan tubuh agar tetap sehat dan bugar dilakukan melalui berbagai cara seperti:
- olah raga teratur;
- tidak merokok dan minum alkohol;
- menerapkan pola makan sehat melalui diet tinggi serat dan rendah lemak (lemak jenuh);
- lebih memilih fresh food daripada makanan yang diawetkan;
- selalu menjaga berat badan ideal;
- menghindari narkoba dan pergaulan seks bebas.
Kegiatan fisik melalui olah raga terbukti memberikan efek protektif terhadap penyakit kronik: obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, osteoporosis, kanker kolon, kecemasan, depresi dan jantung koroner. Menurut Lee et al (2002) yang dimuat dalam The physician and sportmedicine, olah raga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui mekanisme: penurunan denyut jantung dan tekanan darah, penurunan tonus simpatik, meningkatkan diameter arteri koroner, dan sistem kolateralisasi pembuluh darah, meningkatkan HDL dan menurunkan LDL darah.
Ibarat sebuah mobil tubuh kita perlu di servis secara berkala. Walaupun tidak rusak mobil perlu di-tune up, ganti oli, dan lain-lain. Demikian halnya tubuh kita perlu menjalani pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh (medical general check up). Check-up diperlukan untuk mendeteksi adanya berbagai faktor risiko yang memudahkan terjadinya penyakit jantung, stroke, diabetes melitus, penyakit kanker, dan lain-lain.
Pustaka
Gaya Hidup & Penyakit Modern Oleh J.B.Suharjo B.Cahyono
Gaya Hidup & Penyakit Modern Oleh J.B.Suharjo B.Cahyono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar